Kunci Sukses Rano Karno: Cintai Pekerjaan dan Terus Belajar
Dikutip dari http://news.okezone.com/read/2008/01/01/156/71870/kunci-sukses-cintai-pekerjaan-dan-terus-belajar [Edisi online: Selasa, 1 Januari 2008] — “Anak betawi ketinggalan zaman, katenye“. Apakah Anda masih ingat penggalan soundtrack sinetron ini? Ya, ini adalah penggalan lagu sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron berlatar belakang keluarga Betawi ini sempat menyedot perhatian pemirsa televisi beberapa tahun lalu.
Berjuta masyarakat Indonesia seakan
terhipnotis dengan tayangan ini. Pantas saja jika sinetron ini terus
diputar bergantian di berbagai stasiun televisi. Bahkan, tidak puas
dengan satu versi, sinetron tersebut dibuat hingga enam versi.
Rano Karno adalah sutradara sekaligus
pemain dalam sinetron ini. Dia sengaja membuat sinetron dengan tujuan
untuk mengangkat citra betawi yang selama ini buruk. Sejak saat itulah
nama Rano Karno kembali berkibar. Sebelumnya, Rano juga berakting dalam
film Si Doel Anak Betawi (1972) karya Sjumandjaja yang diangkat dari
cerita aman Datoek Madjoindo. Sejak saat itu, cikal bakal kesuksesan
Rano di dunia perfilman kian bersinar.
Padahal, pemeran pemilik tahi lalat di
dagu kiri ini mengaku, perjalanan membuat sinetron tidak semudah yang
dibayangkan. Berbagai penolakan kerap menjadi santapan artis kawakan
ini.
“Namun, saat saya diberikan kesempatan
untuk membuktikan diri, tidak akan saya sia-siakan. Akhirnya, setelah
kita bisa membuktikan, orang baru percaya bahwa kita bisa melakukannya.
Itu adalah hal yang lumrah dalam dunia perfilman,” ungkap penerima
penghargaan Tokoh Televisi 1995 ini.
Pria kelahiran 8 Oktober 1960 ini mengaku
bangga atas prestasi yang diraihnya. Bahkan, dengan terjun di dunia
sinema membuat dirinya mengerti bahwa ini adalah jalan hidup yang harus
dijalaninya.
“Sehingga, saya harus terus meyakinkan
diri untuk mencintai pekerjaan ini. Kalau tidak ada kecintaan di dunia
film ini, saya yakin tidak akan bertahan lama,” ujar pemain terbaik FFI
1980 ini.
Selama 37 tahun bergelut dalam dunia
keartisan, banyak suka maupun duka yang dialami Rano. Namun, pengalaman
yang berkesan baginya adalah bisa mengenal artis-artis senior yang
dahulu berjaya.
“Saya bisa bermain dengan Bing Slamet,
Pak Kuncung, Mak Uwok. Bahkan, bisa mendapat pengalaman berharga dari
sutradara terbaik seperti Sjumandjaja. Hal itulah yang tidak bisa saya
lupakan, mereka adalah guru dalam hidup saya,”kenang Direktur Utama PT
Karnos Film ini.
Maraknya peredaran film maupun sinetron
yang tidak sesuai dengan budaya timur, membuat mantan anggota MPR tahun
2002-2007 ini geleng kepala. Dia mengaku sangat prihatin dengan
perkembangan perfilman sekarang ini.
“Beberapa waktu lalu saya ke Bandung.
Kemudian ada seorang bertanya kepada saya. Bang, apakah anak-anak
sekolah di Jakarta seperti di film atau sinetron? Saya jadi sedih, kita
harus punya tanggung jawab atas tontonan yang kita tampilkan,”cetus
pemain Anak terbaik FFI tahun 1974.
Rano berpesan, dalam dunia seni tidak
cukup hanya dengan bermodal ganteng, cakep, seksi. Namun, bagaimana
seseorang dapat menggali potensi-potensi yang selama ini terpendam.
“Kalau memang ingin menekuni dunia peran,
maka belajarlah untuk berakting. Dengan mengikuti kelas drama ataupun
kelas acting, andaikan ingin lebih memperdalam lagi bisa belajar
sinematografi. Belajar bagaimana angel (sudut-sudut) mana yang bagus,
memahami kamera yang bagus apa yang digunakan. Ini penting untuk
diketahui,” tukasnya.
Kesuksesan Tidak Membuat Rano Gelap Mata
Walaupun Rano telah menjadi seorang yang
cukup dikenal dan memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, namun ia
tidak ingin memanfaatkan itu. Dalam kebijakan keluarga, Rano mengaku
telah memberikan kebebasan untuk buah hatinya memilih yang terbaik.
“Ibarat kata, saya mempunyai capital dan
capability. Saya tidak mau anak saya menjadi seperti saya. Kalau memang
saya lihat dia tidak berbakat di dunia seperti yang saya tekuni tidak
akan saya paksakan,” tandas bapak dua bersaudara ini.
Dia mengakui, kesibukannya dalam seni
peran kadang telah menyita waktu dan pikiran. Namun, Rano tidak takut
untuk menjalani kehidupan karena ada wanita cantik yang selalu
mendampingi dan mengerti karakternya.
Dewi Indriati, wanita yang setia
mendampingi Rano dalam mengisi waktunya, ditambah dengan sang buah hati
Raka Widyarma dan Deantri Rakasiwi, membuat kehidupan Rano kian lengkap.
Sadar dengan pekerjaan yang tidak tetap, Rano selalu berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi kedua belahan jiwanya.
“‘Faktor iman akan menjadi sebuah kekuatan bagi mereka menghadapi tantangan itu,” papar artis era 70-an ini.
Dia menambahkan, agar anak-anak mendapat
pendidikan agama yang memadai, Rano dan Dewi Indriati sengaja memilih
menyekolahkan mereka di sekolah Islam. “Untuk lebih memperkuat ilmu
agama, kita juga mengundang guru mengaji ke rumahnya,” tandasnya.
BIOGRAFI
Nama : Rano Karno
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 8 Oktober 1960
Agama : Islam
Alamat : Jalan Karang Sari VII, Lebak Bulus-Jakarta Selatan
Nama Ayah : Alm. Sukarno M Noor
Nama Ibu : Istriati Rawumali
Jumlah Keluarga :
1. Rubby Karno
2. Alm. Tino Karno
3. Rano Karno
4. Santy Karno
5. Suty Karno
6. M Nurly Karno
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 8 Oktober 1960
Agama : Islam
Alamat : Jalan Karang Sari VII, Lebak Bulus-Jakarta Selatan
Nama Ayah : Alm. Sukarno M Noor
Nama Ibu : Istriati Rawumali
Jumlah Keluarga :
1. Rubby Karno
2. Alm. Tino Karno
3. Rano Karno
4. Santy Karno
5. Suty Karno
6. M Nurly Karno
Nama Isteri : Dewi Indriati
Nama Anak : Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi
Pekerjaan : Aktor/ Wiraswasta dan Dirut PT Karnos Film
Nama Anak : Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi
Pekerjaan : Aktor/ Wiraswasta dan Dirut PT Karnos Film
Penghargaan Film :
- Pemain Anak Terbaik FFI 1974 (Surabaya) dalam Film “Rio Anakku
- Pemain Anak Terbaik Asia Pasisfik FFA 1974 (Taiwan) dalam Film “Dimana Kau Ibu
- Pemain Terbaik FFI 1980 (Jakarta) dalam Film Taksi
Pengahragaan TV :
- Tokoh Televisi 1995
- Sutradara Terbaik
- Pemain Terbaik
- Sinetron Terbaik “Si Doel Anak Sekolahan
Pengalaman Organisasi :
- Anggota MPR Periode 1997-2002
- Duta Besar UNICEF untuk Indonesia Tahun 2002
Sinopsis Global Si Doel Anak Sekolahan
Kisah si
Doel Anak Sekolahan merupakan sebuah cerita fenomenal. Maklum
kesederhanaan tokoh dan ceritanya sanggup membuat hati pemirsanya tak
sanggup untuk melewatkan satu episode pun. Kisah yang diawali dengan
hadirnya sebuah keluarga Betawi asli ini pun bergulir. Tokoh Si doel
awalnya menjadi sentral dalam sinetron hasil garapan Karnos Film ini.
Si Doel yang
merupakan anak pertama dari keluarga Sabeni menuntut ilmu di sebuah
universitas. Jurusan teknik mesin menjadi pilihan Doel karena dilatar
belakangi oleh kehidupan Si Doel yang ditopang dari hasil tarikan oplet
babehnya yang hanya sekedar supir oplet. Sementara Mpok Amineh, Ibu Si
doel, ikut membantu ekonomi keluarga dengan membuka warung
kecil-kecilan. Atun, Adik Doel, hanyalah seorang lulusan sekolah
rendahan.
Hal tersebut
tentunya bukan tanpa alasan, Babeh Doel ingin agar salah satu dari
anaknya menjadi “orang” dan karenanya Atun pun kemudian tidak lagi
melanjutkan sekolahnya. Disamping itu Atun pun sebenarnya sosok adik
yang tahu diri. Walaupun dia tidak lagi dibiayai sekolah (karena babeh
Doel tak mampu untuk menyekolahkan dua anaknya sekaligus) tapi dia masih
mau membantu ibunya untuk menjaga warung.
Mandra sosok
adik Mpok Amineh menumpang hidup dikeluarga Doel. Pemuda pengangguran
ini awalnya hidup bersama ayah Mpok Amineh. Namun belakangan terjadi
keributan kecil yang membuat Mandra akhirnya memutuskan tinggal bersama
keluarga Sabeni. Awalnya Sabeni keberatan, namun karena Mandra adik dari
istrinya, Mandra pun diperbolehkan tinggal bersama mereka.
Kisah cinta
Si Doel pun banyak dikupas. Dua orang wanita dalam hidup Doel membuatnya
pusing. Sarah dan Zaenab merupakan dua sosok wanita dalam kehidupan
Doel. Awalnya Sarah hanyalah sosok mahasiswa perguruan tinggi luar
negeri hanya ingin tahu serta meneliti kebudayaan masyarakat Betawi. Dan
pilihan pun jatuh pada keluarga Doel. Awal yang biasa akhirnya membuat
Doel dan Sarah pun menjadi lebih dekat.
Sementara
itu Zaenab merupakan sosok wanita asli Betawi yang sejak kecil sudah
dijodohkan dengan Doel. Doel jelas tak setuju dengan perjodohan itu.
Namun demikian Zaenab di mata Doel hanyalah sosok wanita yang bisa ia
jadikan adik. Padahal Zaenab sendiri sebenarnya jatuh hati pada si Doel.
Namun layaknya orang wanita timur, Zaenab sulit untuk mengungkapkan
rasa cintanya. Terlebih pas dia tahu bahwa sudah ada Sarah di hati Doel.
Kisah demi
kisah yang terjadi dalam keluarga Doel mengalir seperti air. Bagi
pemirsa setianya, kehadiran Si Doel anak sekolahan merupakan waktu yang
tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Permasalahan-demi permasalahan
hadir dengan susunan yang apik. Pemirsa setia Si Doel seolah merasa tak
pernah bosan karena cerita yang dihadirkan setiap minggunya.
Pemain Si Doel Anak Sekolahan
- Rano Karno sebagai Doel, seorang mahasiswa yang juga berprofesi menyupir oplet
- Benyamin S sebagai Sabeni, ayah Doel
- Aminah Cendrakasih sebagai Mak Nyak, ibu Doel
- Mandra sebagai Mandra, adik Mak Nyak atau paman Doel
- Cornelia Agatha sebagai Sarah
- Maudy Koesnaedi sebagai Zaenab
- Suti Karno sebagai Atun, adik Doel
- Basuki sebagai Karyo
- Bendot sebagai Bendot, mertua Karyo
- H. Tile sebagai Engkong si Doel
Si Doel Anak Sekolahan Tayang di TV Belanda
Dikutip dari http://www.detikhot.com/read/2006/10/12/145218/694248/231/si-doel-anak-sekolahan-tayang-di-tv-belanda [Edisi online: Kamis, 12 Oktober 2006] — Sinetron
‘Si Doel Anak Sekolahan’ ternyata tak hanya disukai di dalam negeri.
Kata pembuatnya, Rano Karno, sudah dua tahun ini Si Doel tayang di
sebuah stasiun TV di Belanda. Rano mengekspor sinetron yang sempat
berjaya di tahun 1996 itu tepatnya ke kota Amsterdam, Belanda. Di Negeri
Kincir Angin tersebut Si Doel tayang di sebuah TV kabel yaitu Garuda
TV. “TV itu yang punya orang Indonesia juga, salah satunya Enteng
Tanamal,” kata Rano saat ditemui detikhot di Planet
Hollywood, Jakarta, baru-baru ini. Bagaimana ceritanya Rano bisa
mengeskpor si Doel? Dituturkan Rano, ia ditawari pihak Garuda TV. TV
tersebut sebagian besar acaranya memang berisi seputar Indonesia. “Tapi
mereka lebih memutar acara yang bersifat culture. Kayak Si Doel, Cut Nyak Dien. Mereka cari yang local content-nya
kuat,” ceritanya. Saat ini Rano sendiri juga tengah menyiapkan konsep
acara lain yang juga siap dieskpornya ke Belanda. Acara tersebut
nantinya akan mengupas seputar budaya dan gaya hidup orang Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar